Senin, 10 Agustus 2009

17 Mahasiswa Asal Malaysia Ikuti Program Adaptasi di FK UB



Keterangan Foto: Penyerahan sertifikat Pada Peserta Program Adaptasi Mahasiswa Malaysia(hm)

Media center, FKUB]
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) menyelenggarakan program adaptasi bagi 17 mahasiswa baru asal Malaysia pada program studi Pendidikan Dokter. Kegiatan ini diselenggarakan pada 24 Juli hingga14 Agustus 2009, yang diketuai oleh Dr.dr. Retty Ratnawati, MSc. Menurut Retty, sesuai dengan visi misi FK UB menuju standardisasi internasional, program adaptasi ini lebih mengacu pada adaptasi lingkungan budaya akademik yang lebih spesifik FK UB. Seperti diketahui, program studi Pendidikan Dokter FK UB telah menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi melalui pendekatan small group discussion, problem based learning dan mini lectures, dengan menggunakan modul berbahasa Inggris dan soal ujian yang bi-lingual. Oleh karenanya, penyesuaian penguasaan bahasa Indonesia untuk pendidikan akademik-profesi akan dicapai ketika mahasiswa menjalani masa pendidikan akademik dan para kinik di lingkungan FK UB.(ard)


Kegiatan Ditutup Dekan FKUB Dr.dr.Samsul Islam, SpMK,MKes






Program Adaptasi Mahasiswa Malaysia ditutup oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB), Dr. dr. Samsul Islam, SpMK,MKes (14/8). Kegiatan yang telah berlangsung sejak Jum'at (24/7). Selama kurang lebih 3 (tiga) minggu mereka mendapatkan aneka materi diantaranya Sejarah Kota Malang, Geografi Kota Malang, Media Massa (TV lokal dan nasional, majalah nasional, majalah kesehatan dan radio), analisis dan apresiasi Film Indonesia serta bacaan populer di Indonesia (cerpen). Selain itu, mereka juga melakukan kunjungan dan wisata belajar ke herba medika Batu, Herba Bagoes, Puskesmas Singosari, Perpustakaan Kota Malang, Museum Brawijaya, serta Candi Singosari. Dalam kegiatan ini, mereka dibimbing langsung oleh dosen FK yang dipimpin Dr. dr. Retty Ratnawati, MSc. Mereka yang tergabung dalam tim pembimbing adalah Edwin Widodo, SSi, MSc; Rita Damayanti, SS; dr. Habiba Aurora; Pauline, Spd; dr. Hanif; dr. Dian Nugrahenny; Beleven Khrismawan, SPd; Rani Muntasari, SS; Eliyana; dr. Nanik Setyowati; Andreas Yudianto I dan Ratna Indraswari Ibrahim (cerpenis). Dalam sambutannya, Dekan FK menyatakan bahwa hasil belajar melalui proses adaptasi yang telah dijalani selama ini cukup bagus. Dengan bekal ini, harapannya mereka dapat melangsungkan proses belajar dengan hasil yang memuaskan dengan tidak mengabaikan sosialisasi ke masyarakat baik itu di kampus, rumah ataupun klinik. Di kelas internasional nantinya mereka akan digabungkan dengan 40 mahasiswa Indonesia yang lain. Kepada mahasiswa Malaysia angkatan 2009 ini, secara khusus Dekan berharap agar mereka mampu meningkatkan kemampuan dan prestasi lebih baik dari angkatan sebelumnya. Selain itu, ia juga mengharap agar mereka dapat terlibat dalam kegiatan penelitian seperti mahasiswa Indonesia lainnya yang pernah dilihat dalam kegiatan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas). Untuk hal ini, Dekan FK menegaskan akan mendukung dan memfasilitasi. (dd)

Pilih FKUB Karena Banyak Program International berkualitas





Keterangan Foto: Thyivya Kalaiselvan

Salah seorang mahasiswa Malaysia, Thyivya Kalaiselvan menyatakan bahwa dirinya mendapatkan banyak manfaat melalui kegiatan program adaptasi kali ini. "Saya sangat menikmati program adaptasi tersebut", ujarnya. Melalui kegiatan ini, ia mengaku lebih banyak mengenal Indonesia, Kota Malang, masyarakat Indonesia serta bahasanya. "Pengetahuan tersebut akan sangat bermanfaat dalam berkomunikasi dan adaptasi dengan kehidupan masyarakat setempat", ujar Thyivya. Hanya saja, menurut alumnus Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK) Convent Bukit Nanas Kuala Lumpur ini, materi Bahasa Indonesia perlu ditangani khusus agar mereka dapat mempelajarinya secara intensif. Karena ketidaktahuan bahasa ini, beberapa mahasiswa yang menyampaikan pesan dan kesannya, Daniel Raj dan Nur Fadillah, mengaku sering dicurangi dengan membayar lebih ketika naik mikrolet.
Diwawancarai Thyivya mengaku memilih FK UB karena memiliki program internasional yang berkualitas. "Pendidikan Dokter di Malaysia sangat terbatas dan mahal", ujarnya menyampaikan alasan lain memilih pendidikan Dokter di Indonesia. Menjadi Dokter merupakan cita-citanya dengan keinginan khusus untuk lebih mendalami diabetes mellitus. "Ayah saya penderita Diabetes Mellitus. Saya ingin mendalami penyakit ini secara khusus untuk mencegahnya dan mengobati para penderitanya", kata dia. Selain itu, Thyivya juga memiliki keinginan mulia untuk terlibat dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Dalam penutupan program adaptasi ini, para mahasiswa Malaysia melakukan pentas seni berupa tarian, nyanyian dan drama. Salah seorang peserta bahkan menyanyikan lagu "Tak Gendong" yang biasa dilantunkan Mbah Surip dengan lancar dan menarik. Disampaikan Thyivya, melalui pentas seni ini ia dan teman-temannya berupaya pula memperkenalkan budaya mereka kepada masyarakat Indonesia.

FK UB Diakui di Malaysia



Keterangan Foto: Mahasiswa baru Malaysia peserta program adaptasi (hm)


usai kegiatan Disampaikan Dr. Retty bahwa melalui kegiatan ini pihaknya berharap agar mahasiswa asing dapat lebih cepat beradaptasi dengan sistem perkuliahan yang ada sehingga akan memperlancar mereka dalam menyelesaikan studi. "Mereka memang dibiasakan untuk bisa beradaptasi dalam situasi dan kondisi apapun. Di klinik misalnya, pasien tidak akan memakai bahasa Inggris", ujar pakar Fisiologi ini. Kendala dalam proses belajar selama ini, diterangkan Retty, karena mereka seringkali merasa sebagai minoritas sehingga sulit sekali membaur dengan mahasiswa Indonesia yang lainnya. "Memang butuh waktu untuk melebur. Untuk itu kami berupaya melibatkan mereka dalam penelitian seperti LKTM ataupun kegiatan non akademik lainnya", tuturnya. Dari tahun ke tahun, ditambahkan Retty, jumlah mahasiswa internasional di FK UB kian bertambah. Apalagi, menurut Retty, FK UB merupakan salah satu institusi yang sudah diakui dan tanpa ujian kompetensi untuk berprofesi di Malaysia. "Pendidikan dokter lebih ditentukan oleh sumber daya dan kondisi geografis yang serupa.Malaysia dan Indonesia sama-sama beriklim tropis sehingga memiliki jenis penyakit yang hampir sama", ujarnya. "Dengan kemampuannya bertahan di luar negaranya, harapannya mereka akan lebih siap ketika ditempatkan di wilayah terpencil", tambahnya. (ard)

Tidak ada komentar: